Saat peneliti berhasil memecahkan kode DNA dan atom
air, banyak yang mengira air merupakan bahan dasar kehidupan yang telah
dipahami dengan baik.
Namun, percobaan terbaru menunjukkan, molekul air yang
terhubung bersama menunjukkan hasil yang bertentangan. Kini, ilmuwan mengaku
tak memahami lika-liku cara kerja air.
“Struktur air merupakan pertanyaan utama dalam kimia
dan fisika, ”ujar Richard Saykally dari University of California, Berkeley (UC
Berkeley).
Studi yang Bertentangan
Tim ilmuwan yang dipimpin Anders Nilsson dari Stanford
Linear Accelerator Center membuktikan, air terikat secara lebih longgar
dibanding perkiraan sebelumnya. Tentunya, respon yang muncul tak semua baik.
“Banyak orang punya pendapat yang sangat kuat mengenai air, ” ujar Nilsson.
Menurut Saykally dan beberapa peneliti lain, hasil
penelitian kelompok Nilsson merupakan revisi drastis cara pemahaman air. “Jika
mereka benar, mereka akan memenangkan Hadiah Nobel,” ujar Saykally. Namun, di
salah satu jurnal Science, Saykally dan rekannya menerbitkan hasil revisi dari
temuan tersebut yang bertentangan pula.
Kurangnya pemahaman
Sebesar 70% permukaan Bumi merupakan air dan menjadi
komponen utama (sekitar 80%) makhluk hidup. Namun, hal ini jauh dari kata
biasa. Bentuk padat air, es, mengapung bukan tenggelam, seperti zat kebanyakan.
Air mampu menyimpan panas dengan sangat baik.
Tingginya tegangan permukaan air menunjukkan betapa
molekul air ‘benci’ berpisah. Memahami keanehan air memerlukan studi merinci
mengenai interaksi molekul. “Kami kira kami memahami segala sesuatu ada
mengenai molekul tunggal air. Apa yang tak kami ketahui dengan baik adalah cara
air berinteraksi satu sama lain,” ujar Saykally.
Molekul tunggal air terlihat seperti huruf V dengan
satu atom oksigen di titik bawah dan dua atom hidrogen di atas. Atom-atom ini
saling berbagi elektron bermuatan negatif dan membentuk hubungan kuat yang
disebut ikatan kovalen. Atom oksigen mendapat lebih banyak elektron yang
membuatnya sedikit negatif.
Alhasil, ujung hidrogen menjadi sedikit positif.
Pergeseran kecil ini bertanggung jawab menarik molekul air satu sama lain.
Saykally menjelaskan, tiap molekul air memiliki kaki dan tangan. Tangannya
merupakan atom hidrogen bermuatan positif, sedangkan kaki menjuntai dari sisi
negatif oksigen.
“Tangan tak bisa memegang tangan dan kaki tak bisa
memegang kaki,” kata Saykally. Namun, tangan bisa memegang kaki dalam apa yang
disebut ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen 10 kali lebih lemah dari ikatan
kovalen namun ikatan ini merupakan kunci misteri air.
Memecah Ikatan
Dalam es, tiap molekul memegang kaki dan tangan dari
empat tetangga terdekatnya. Penempatan tetangga ini membentuk tetrahedron, atau
piramida tiga-sisi. Saat es mencair, pertanyaan besarnya adalah, apa yang
terjadi pada bentuk ini. Pada gambar tradisional, air terus terlihat seperti es
dengan empat ikatan hidrogen di sekitar tiap molekul.
Perbedaan dalam bentuk cair adalah, pada waktu
tertentu, sekitar 10% ikatan hidrogen rusak. Sebaliknya, tim Nilsson mengklaim,
air mengambil struktur baru di mana molekul dasarnya hanya memegang dua
tetangganya. Pada suhu kamar, 80% molekul air berada dalam kondisi ini,
sedangkan sisanya memiliki empat ikatan hidrogen tradisional.
Implikasi model dua-ikatan baru ini membuat air cair
sebagian besar terdiri dari rantai dan mungkin cincin tertutup, sebagai lawan
jaringan yang lebih ketat dari tetrahedron.
Di balik kontroversi
Kedua kelompok ini mendasarkan pada gambar terpisah
pada penafsiran data sinar-X berbeda. Saat sinar-X mengenai molekul air, sinar
ini memukul elektron yang terikat erat ke tepi molekul.
Hal ini serupa menendang Merkurius keluar ke orbit
Pluto.
Para fisikawan mengukur energi yang bergantung pada lingkungan
molekul air. Artinya, elektron orbit Pluto bertindak sebagai mikroskop yang
peneliti gunakan untuk melihat jenis ikatan molekul yang telah dibuat dengan
tetangganya.
Meski menafsirkan data mikroskop ini tak mudah,
kelompok Nilsson pun menggunakan simulasi computer yang diverifikasi melalui
pengujian zat sederhana, seperti es. Saat tim ini meneliti pengukuran air,
mereka menemukan, komputer berhasil memberi struktur dua-ikatan longgar
terbaik.
Namun, Saykally tak mengira simulasi ini bisa dilakukan
pada air cair. Tim Saykally menghindari model komputer melalui pengukuran suhu
air yang mempengaruhi pengukuran sinar-X. Pada suhu yang lebih tinggi, ikatan
akan membengkok dan meregang, dan mikroskop seharusnya bisa melihatnya.
Pada gilirannya, metode Saykally tak membuat Nilsson
yakin. “Ada banyak asumsi dalam analisa,” katanya. Ia juga menganggap
pengukuran suhu oleh tim Saykally mungkin salah. Nilsson dan Saykally bukan
hanya ilmuwan yang berdebat mengenai hal ini. Namun ada satu hal mereka setujui,
“Perdebatan ini menunjukkan, kita tak memahami air dengan baik, setidaknya pada
skala mikroskopis,” kata Nilsson.
Terima kasih telah membaca: Ini Dia Rahasia Air Yang Sangat Fenomenal
Sumber:
serupedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar