Dua kata itu menyatu dalam diri lelaki berambut perak
bernama Mike Lazaridis. Ia yang sejak kecil maniak mengutak-atik barang
elektronik dan tak selesai kuliah di jurusan Teknik Elektro.
Dia di-drop out, hanya dua bulan menjelang wisuda di
University of Waterloo, Kanada. Ia lebih memilih sibuk mengurusi perusahaan
yang ia dirikan sambil kuliah.
Jejak karyanya sangat mungkin sekarang ada di
genggaman Anda. Dialah pencipta telepon pintar bernama BlackBerry, yang
merevolusi dan mengubah peta dan masa depan teknologi telepon cerdas.
Hingga Juni tahun ini RIM, Research in Motion,
perusahaan yang dibela-belain Mike hingga tak sempat wisuda, yang memproduksi
BlackBerry itu mencatat penjualan lebih dari 100 juta unit.
Sebelum mengembangkan BlackBerry, pada tahun 1999 RIM
bekerja sama dengan RAM Mobile Data dan perusahaan ponsel Ericsson yang lebih
dahulu terkenal, mengembangkan Mobitex. Ini adalah perangkat data bergerak yang
dirintis oleh Ericsson.
Hasilnya, diluncurkanlah Inter@ctive Pager 950.
Agustus tahun 2000 produk ini mulai dipasarkan. Ukurannya kira-kira sebesar
sabun mandi. Di pasar ia bersaing dengan SkyTel, produk sejenis (Sama-sama
pager dua arah) milik Motorola. Produk ini tak berhasil di pasar. Lagi pula era
pager cepat sekali jadi kuno.
Coba, perhatikan nama-nama merek itu: Mobitex,
Inter@ctive Pager. Nama-nama yang kini terasa amat norak, bukan?
Itu sebabnya, pada tahun 2002, ketika RIM hendak
mengembangkan produk baru Mike tak mau sembarangan kasih nama.
Produk itu, yang kelak kita kenal sebagai BlackBerry,
punya fasilitas push e-mail, bisa menyelancari internet, komunikasi teks dan
tentu saja bisa menelepon. Apa nama yang cocok untuk merangkum semua manfaat
itu?
RIM memaki jasa Lexico Branding di California. Sebuah
perusahaan konsultan merek. David Placek, si bos Lexicon mula-mula mencari nama
yang bisa menonjolkan kemampuan e-mail peranti cerdas baru itu.
Mentok. Akhirnya, ditetapkan syarat lain: nama baru
itu harus terkesan lebih natural, menghibur dan menyenangkan. “Pokoknya bisa
menurunkan tekanan darah,” kata Placek.
Salah seorang tim perumus nama itu suatu saat
memperhatikan keyboard kecil-kecil hitam pada prototipe Blackberry. Di matanya
tampak seperti susunan biji semangka. Lalu mulailah ditelusuri nama-nama yang
berdasar pada kesan itu, dari strawberry ke melon, sampai nama-nama buah lain.
Tak ada yang memuaskan sebelum akhirnya sampai pada
kata BlackBerry, kata ini enak didengar dan pas pula dengan warna bendanya yang
hitam legam.
“BlackBerry mudah melekat di ingatan, lebih baik
daripada nama-nama seperti ProMail atau MegaMail,” kata Placel. Saya kira,
seandainya dua nama ‘lebay’ itu yang dipakai, BlackBerry tak sesukses sekarang.
BlackBerry kini terjual di 91 negara, bekerja sama
dengan 500 operator, dan menguasai 20.8 persen pasar telepon pintar. Hanya
kalah dengan Nokia Syimbian OS.
Placel pun kini punya rumus manjur tentang merek,
belajar dari keberhasilan BlackBerry, “Kalau produk Anda ingin dapat perhatian,
jangan pakai nama yang menjelaskan sesuatu, Anda harus menciptakan konsep baru!”
katanya.
BlackBerry adalah produk yang merebut perhatian.
Dengannya pelanggan merasa diistimewakan dan kecanduan. Tiap unit BlackBerry
adalah unik, karena ditandai dengan satu PIN yang dengan kode kombinasi delapan
angka dan huruf itu pengguna bisa berkomunikasi lewat teks berkat BlackBerry
Mesenger.
Mike Lazaridis, lahir 14 Maret 1961, di Istambul
Turki. Orangtuanya berdarah Yunani. Pada usia lima tahun, ia ikut keluarganya
pindah ke Kanada. Mereka menetap di Windsor, Ontario.
Mike sudah menunjukkan bakat, kepintaran dan
ketekunannya sejak kecil. Pada usia 12 tahun, di tahun 1979, dia memenangkan
hadiah dari Perpustakaan Umum Windsor karena ia telah membaca semua buku sains
koleksi perpustakaan tersebut.
Sejak kecil ia candu membaca. Saya tak bisa bayangkan,
apa bakatnya seandainya di kota itu tak ada perpustakaan umum yang bagus.
Mungkin bakat itu akan tersia-sia.
Mike beruntung karena orangtua dan lingkungan
sekolahnya sangat memungkinkan ia mengembangkan bakat dan minatnya pada elektronika.
Tahun 1979, ia mulai kuliah di University of Waterloo,
Ontario, Kanada. Di sinilah ia mulai merintis RIM. Tahun 1984, semasa masih
mahasiswa, Mike ikut lomba tender di perusahaan raksasa otomotif General
Motors.
Proyeknya adalah merancang sistem display pengontrol
jaringan komputer. Dia menang dan dapat hadiah berupa kontrak kerja senilai 500
ribu dolar AS.
Sumber :
3.bp.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar