Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa burung-burung menguap
bersama-sama. Sementara itu, para peneliti menemukan bahwa menguap lebih mudah
menular di antara anggota keluarga atau teman, ketimbang dengan orang yang
tidak dikenal.
Kita semua tahu bahwa ketika seseorang menguap, yang lain bisa dengan
segera ikut menguap. Namun mengapa fenomena ini terjadi?, belumlah diketahui
secara jelas.
Temuan terbaru mengungkapkan bahwa empati sosial mempunyai peran penting di sini. Para ilmuwan menemukan bahwa menular tidaknya menguap tergantung dari kuat tidaknya ikatan antara orang-orang yang berada di suatu tempat. Anggota keluarga adalah yang paling mungkin untuk memicu penularan menguap ini, diikuti oleh teman-teman, kemudian baru orang asing atau yang tidak dikenal.
Temuan terbaru mengungkapkan bahwa empati sosial mempunyai peran penting di sini. Para ilmuwan menemukan bahwa menular tidaknya menguap tergantung dari kuat tidaknya ikatan antara orang-orang yang berada di suatu tempat. Anggota keluarga adalah yang paling mungkin untuk memicu penularan menguap ini, diikuti oleh teman-teman, kemudian baru orang asing atau yang tidak dikenal.
Dari
sebuah penelitian, hasilnya ditemukan bahwa orang-orang yang mempunyai hubungan
keluarga akan ikut menguap kurang dari satu menit setelah saudaranya menguap.
Prilaku yang sama juga terjadi kepada orang-orang yang saling bersahabat. Sementara
untuk orang yang tidak saling kenal, butuh dua bahkan tiga menit untuk membalas
menguap setelah orang yang pertama menguap. "Penularannya semakin besar di
antara orang-orang yang saling kenal, tetapi kecendrungan itu juga dipengaruhi
rasa empati, dari orang yang tidak saling kenal sampai pada orang punya hubungan
dekat," terang Norsicia dan Palagi. Sebagai pembanding, dalam suatu
penelitian pernah ditemukan bahwa penderita autis tidak akan menguap jika orang
di dekatnya menguap, karena mereka bermasalah dengan interaksi sosial dan
komunikasi.
(dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar