Minggu, 01 Juli 2012

Mempelajari Kandungan Emas Di Dalam SIM Card Dan Handphone



Banyak yang belum mengetahui, bahwa sebenarnya di dalam kartu ponsel yang Anda gunakan sehari-hari terdapat kandungan emas. Percaya atau tidak, saat ini sebuah perusahaan di Singapura dan Jepang sudah mulai menjadi anggota Lasykar Mandiri (julukan keren untuk pemulung), khusus ponsel tua dan SIM card yang sudah dibuang orang.

Proses para pemulung ponsel dan SIM card bekas ini sama saja dengan juragan pemulung biasa: menyerahkan hasil kumpulannya ke pengolah atau mengolahnya sendiri untuk memisahkan komponen-komponen yang ada dalam SIM card atau ponsel.

Dari jutaan kartu dan ribuan ponsel yang dikumpulkan, mereka bisa mendulang kiloan emas murni dan puluhan bahkan ratusan kilo tembaga, perak, timah serta beberapa macam bahan lainnya lagi.

Anda pengguna ponsel yang suka gonta-ganti SIM card untuk mencari yang murah, lalu begitu pulsa habis, Anda membuang kartu tersebut? Coba Anda pikir-pikir lagi. Di dalam kartu itu ternyata ada emasnya! Ponsel bekas yang karena sudah tua dan tidak laku dijual, kemudian acap dibuang begitu saja pun mengandung emas, tembaga, dan perak.

Lalu, dari mana emas atau logam-logam itu datang?

Dalam sirkuit di ponsel atau chip di SIM card (GSM) atau RUIM (CDMA), memang ada emasnya. Emas digunakan karena terbukti mampu menyalurkan arus elektronik lebih baik dibandingkan tembaga. Produsen ponsel atau kartu SIM/RUIM tidak pernah mengurangi atau meniadakan kandungan logam mulia itu, walaupun dalam setiap unit jumlahnya mungkin cuma seperseribu gram.

Nah, jika berhasil mengumpulkan satu juta SIM card bekas saja, maka Anda bisa berharap mendapatkan 1.000 gram atau satu kilogram emas murni. Dan jika Anda bisa mengurai ponsel bekas, maka akan lebih banyak lagi emas, perak dan tembaga yang bisa diperoleh.

Yokohama Metal Co Ltd, sebuah perusahaan pemulung mendapati kenyataan, bahwa ponsel dan SIM card merupakan tambang emas yang benar-benar hebat. Jika dari satu ton material yang diambil di tambang emas konvensional hanya di dapat sekitar 5 gram emas, dari satu ton ponsel bekas yang dilebur bisa didapat 30 kali lipat, alias 150 gram emas.

Bisa Rp45 Juta Sebulan Lasykar Mandiri emas dari Singapura, dan juga Jepang, akan masuk Indonesia dan menawarkan pembelian SIM card bekas dengan harga sekitar Rp100, atau Rp1000 per ponsel. Mereka akan membangun pabrik untuk melebur alat komunikasi tadi, menjaring emas, tembaga dan perak yang ada.

Mari kita hitung peluang mendulang emas dari SIM card dari beberapa operator telekomunikasi yang ada di tanah air.

Kita mulai dengan Telkomsel. Tahun ini pelanggannya sudah 52 juta. Dengan pertumbuhan pelanggan yang rata-rata 30% setahun, Telkomsel membutuhkan 200%, bahkan 300% SIM card dari jumlah pelanggan aktualnya. Menurut seorang petinggi Telkomsel, persaingan bisnis yang ketat membuat tingkat churn – banyaknya pelanggan yang pindah operator – sangat tinggi.

Untuk mendapat pertumbuhan pelanggan 1,5 juta sebulan seperti saat ini, Telkomsel harus menjual 12 juta kartu perdana (starter pack – SP). Ini berarti, dari Telkomsel saja ada 10,5 juta SIM card yang dibuang begitu pulsanya habis. Belum lagi dari PT Indosat, Excelcomindo (XL), dan delapan operator komunikasi nirkabel lain.

Total satu bulan bisa terkumpul sampai 25 juta “kartu mati”. Kalau per kartu beratnya 2 gram, maka jumlah totalnya sekitar 50 ton. Jika semua itu berhasil dikumpulkan dan diambil logamnya, akan didapat sekitar 25 kilogram emas sebulan, dan sekitar 100 kg tembaga.

Dengan melumatkan 10.000 ponsel bekas atau seberat satu ton (diasumsikan rata-rata per ponsel beratnya 100 gram), berarti akan didapat 150 gram emas, 100 kg tembaga dan 3 kg perak. Itu di luar plastik, atau timahnya yang juga didapat.

Logam-logam tadi bisa dijual dalam bentuk ingot (logam bahan baku) yang harganya sudah cukup lumayan, karena berkadar 99,99% atau kalau emas 24 karat. Kalau mengikuti harga emas dunia yang Rp300.000 per gram, setiap bulan dari SIM card dan RUIM bekas saja bisa di dulang harta sedikitnya Rp7,5 miliar. Padahal, modalnya hanya 25 juta kali Rp100,- alias Rp 2,5miliar.

Angka pendapatan ini akan bertambah dengan penjualan tembaga yang bias mencapai Rp1 miliar, juga dari karton yang dilebur jadi bubur kertas. Sepuluh ribu ponsel bekas yang dibeli sekitar Rp10 juta akan menghasilkan emas senilai Rp45 juta, dan tembaga senilai Rp1 miliar. Ini di luar penjualan perak dan timah.

Namun di negeri kita, tak banyak ponsel yang dibuang. Pertumbuhan pelanggan seluler atau nirkabel masih tetap sebanding dengan jumlah masuknya ponsel baru. Pasar ponsel bekas pun lebih ramai dibanding pasar ponsel baru, karena banyak anggota masyarakat dari lapisan tertentu cenderung gonti-ganti ponsel, menukar-tambah ponsel yang baru 3 bulan dimilikinya dengan yang lebih baru.

Anda berminat untuk mencoba hal diatas? Peluang bisnis masa depan yang sangat menggiurkan tentunya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar